Jumat, 18 Februari 2011

Setelah Mesir, Yaman, Bahrain dan Iran Bergolak



Rabu, 16 Februari 2011 09:08
Yaman
HARIAN BANGSA
Ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan di Yaman untuk hari keempat kalinya, menuntut reformasi politik dan kejatuhan Ali Abdullah Saleh, presiden negara ituyang juga telah lama menjabat.
Kerumunan 3.000 demonstran militan di ibukota, Sanaa, yang terdiri dari mahasiswa, aktivis hak asasi manusia dan pengacara berpakaian jubah hitam, bentrok dengan polisi dan pendukung pro-pemerintah pada hari Senin.
Kelompok perlawanan, bersenjata batu-batuan, terlibat  bentrok setelah pendukung Saleh dilaporkan menghadapi para demonstran.
Sedikitnya tiga orang terluka, termasuk satu ditusuk dengan belati tradisional Yaman , dalam bentrok di luar Universitas Sanaa,  di mana pemrotes meneriakkan: “Sebuah revolusi kebebasan berpendapat  … revolusi kebebasan … Kita harus untuk mengambil keputuskan.”
Nyanyi-nyanyian terdengar dari kalangan demonstran,  “Setelah Mubarak dan Ali”,  “Tidak ada korupsi setelah hari ini” menggema di sekitar kota. “Sangat tegang suasana di jalan-jalan di sini,” kata reporter Al Jazeera Hashem Ahelbarra, melaporkan dari Sanaa, ibukota Yaman.
 “Protes anti-pemerintah mengambil momentum, meskipun konsesi besar diberikan oleh Presiden Ali Abdullah Saleh, yang mengatakan bahwa ia akan mengundurkan diri pada 2013, dan bahwa anaknya, Jenderal Ahmed Abdullah Saleh – yang sebelumnya dipersiapkan untuk mengambil alih – tidak akan mewarisi kekuasaan.
 “Ribuan kaum muda  Yaman mengatakan ‘Kami tidak percaya Ali Abdullah Saleh, karena kita percaya dia di masa lalu, terutama pada tahun 2006, ketika ia mengatakan ia akan mengundurkan diri -  ternyata melanjutkan kekuasaan dan meminta konstitusi harus diubah agar memungkinkan dia ditunjuk untuk berkuasa lagi”. ”
Sebagaimana di Mesir, demonstran Yaman menggunakan jaringan media sosial seperti Facebook dan Twitter, untuk memobilisasi masyarakat di seluruh Yaman, sebuah negara miskin di selatan semenanjung Arab.
Namun aparat negara telah memblokir akses ke kotak publik, sebagaimana lapangan Tahrir  di Mesir  – baik yang di Sanaa, maupun di seluruh negeri.
Langkah ini merupakan upaya nyata untuk mencegah media dunia dari menghubungkan protes dengan mereka yang terjadi di ibukota Mesir, Kairo.
Beberapa pos pemeriksaan telah muncul di jalan-jalan menuju istana presiden Sanaa, dan banyak yang telah diblokir dengan kawat berduri.
Al Jazeera melaporkan, ribuan demonstran pro-pemerintah – dan orang-orang yang mengatakan ini adalah pejabat pemerintah dan polisi menyamar sebagai warga sipil – bersenjata dengan tongkat, menyerang para demonstran pro-demokrasi dan membubarkan massa dengan menggunakan kekerasan.

Menyebar
Meski sebagian warga Yaman mengatakan Presiden Ali Abdullah Saleh, 64, adalah “yang terbaik yang kita punya, dan bila dia tidak ada akan terjadi kekacauan”, namun ribuan demontran tetap turun ke jalan-jalan di protes di seluruh negeri, termasuk di Aden dan Taaz, sebuah kota selatan .
Sedikitnya 12 orang luka-luka setelah polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan protes di kota selatan Taaz, di mana kelompok hak asasi manusia mengatakan para demonstran juga dikenai tongkat kejutan listrik oleh aparat keamanan.
Dan di Aden, pekerja dermaga menyerbu kantor Teluk Aden Yaman Port Corporation, menyandera ketuanya, Mohamed Bin Aefan, dan tokoh-tokoh senior korporasi, kata mereka.
 “Kami telah menangkap para pejabat yang korup dan sudah waktunya untuk memberitahu mereka untuk pergi,” kata Ali Bin Yehya, seorang pekerja pelabuhan. “Apa yang terjadi di Mesir dan Tunisia memotivasi para pekerja untuk menuntut hak-hak mereka,” tambahnya.
Kelompok oposisi tampaknya telah mundur pada suatu perjanjian yang dibuat pada hari Minggu untuk bertemu dengan Presiden Saleh untuk mencari penyelesaian politik krisis, kata wartawan kami.
Kelompok-kelompok itu juga bertujuan sepakat membentuk berkoalisi membentuk  “pemerintah persatuan nasional” – setelah pendukung mereka menunjuk keberhasilan Mesir menggulingkan Hosni Mubarak dari kekuasaan, kata Ahelbarra .

Koneksi Amerika Serikat
Ali Abdullah Saleh dilaporkan telah membatalkan rencana perjalanan ke AS di saat kerusuhan, dan akan mengunjungi daerah-daerah yang dihuni suku-suku tertentu dalam upaya untuk meyakinkan tokoh masyarakat agar tidak bergabung dengan protes yang sedang berlangsung di ibukota.
Hubungan militer AS dan pemerintahan Abdullah Saleh terjalin erat dalam beberapa bulan terakhir, untuk mempertahankan negara dari perlawanan kelompok militan yang  meningkat belakangan ini . Juga adanya gerakan separatis di wilayah selatan, serta kerusuhan yang dipicu oleh kenaikan harga makanan, pengangguran mencapai 40 persen – dan tuntutan untuk hak asasi manusia di kota-kota.
AS telah menyepakati kucuran dana U$D 75 juta untuk melatih unit kontra terorisme di Yaman, kata para pejabat Amerika .
Ali Abdullah Saleh menjadi pemimpin Yaman Utara pada tahun 1978 dan telah memerintah Republik Yaman sejak utara dan selatan bergabung pada tahun 1990.

Bahrain Bergolak
Bentrokan skala kecil telah dilaporkan terjadi di bagian tengah negeri Bahrain, yang berlanjut dengan  peningkatan keamanan atas protes terhadap kerajaan yang mayoritas dihuni oleh Muslim Syiah.
Demonstran telah menyerukan “Hari Kemarahan” , yang  terinspirasi oleh pemberontakan anti-pemerintah di Mesir dan Tunisia.
Helikopter berputar-putar di ibukota Bahrain, Manama, di mana demonstran diduga berkumpul di sore hari. Polisi dalam jumlah besar berkumpul dan berjaga-jaga di desa-desa Syiah.
Sedikitnya 14 orang terluka dalam bentrokan semalam dan pada hari Senin, kantor berita setempat melaporkan.
Khalid Al-Marzook, seorang anggota parlemen Bahrain, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa satu orang tewas dan tiga lainnya dalam kondisi kritis di rumah sakit setelah bentrokan.
Laporan kantor berita mengatakan polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan pengunjuk rasa di desa Syiah sebagian besar Newidrat di wilayah barat daya kerajaan pulau – sekutu kunci Barat. Para demonstran menuntut pembebasan mereka yang ditahan selama protes sebelumnya.
Nabeel Rajab, dari Pusat Hak Azasi Manusia di Bahrain mengatakan kepada Al Jazeera: “Kami hanya meminta reformasi politik, hak partisipasi politik, penghormatan hak asasi manusia, menghentikan diskriminasi sistematis terhadap Syiah, ” katanya.
 “Semua tuntutan yang harus dilakukan dengan berlandaskan hak asasi manusia dan tidak ada hubungannya dengan keluarga penguasa dan rezim mereka.”
Namun, d ia memperingatkan jika pemerintah menempuh jalan kekerasan untuk memadamkan aksi mereka, maka rakyat Bahrain  mungkin terpaksa menuntut perubahan rezim.
 “Kami meminta semua orang Bahrain, pria, wanita, anak laki-laki dan perempuan – untuk berbagi dalam aksi unjuk rasa kami dengan cara damai dan beradab untuk menjamin masa depan Bahrain yang stabil untuk diri kita sendiri dan anak-anak kita,” kata aktivis dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Twitter.

Syiah Terpinggirkan
Keluarga penguasa Bahrain telah menawarkan bermacam imbalan, konsesi dalam jangka panjang, sampai dengan protes untuk mencegah ketidakpuasan  warga Syiah yang berkobar, sebagai buntut dan dampak perlawanan yang kini populer tersebar di dunia Arab.
Para diplomat asing mengatakan demonstrasi di Bahrain, juga digerakkan lewat media situs sosial Facebook dan Twitter, dan berupaya mengajak kaum Syiah untuk turun ke jalan-jalan. Ujian  besar tengah berlangsung di negeri yang selami ini jarang terjadi demontrasi.
Meski kelompok Syiah merupakan 70 persen dari populasi,  tapi mereka merasa mendapatkan diskriminasi dari tangan penguasa yang merupakan kelompok Sunni .
Protes besar di negara pulau Teluk Arab itu bisa menulari gerakan kaum Syiah yang terpinggirkan di negeri-negeri  lain terdekatnya di kawasan Arab Saudi,  kata para analis politik.
Sebegitu jauh, tidak ada komentar segera dari pihak berwenang Bahraini.
Polisi bentrok pada Minggu malam dengan warga di desa Karzakan, di mana pasukan keamanan secara teratur bertempur dengan pemuda Syiah, dan satu pengunjuk rasa terluka, kata saksi. Polisi mengatakan tiga petugas terluka.

Iran Rusuh
Iran pun tak kebal dengan menularnya “virus” gerakan reformasi di Tunisia dan Mesir. Polisi Iran kemarin menembakkan gas air mata dan bentrok dengan massa demonstran oposisi di ibukota, Teheran, kata saksi mata. Seorang produser BBC di ibukota Iran yang terkena gas pemedih mata menggambarkan bagian tengah Teheran ”kacau balau”.
BBC medlaporkan, ‘bentrokan sengit’ pecah antara massa demonstran dan polisi dan banyak orang ditahan.
Polisi Iran menempatkan tokoh oposisi Mir Hossein Mousavi dalam tahanan rumah, kata situs internet resmi miliknya.
Menurut situs tersebut, penahanan Mousavi di rumah bertujuan menghalangi dia hadir di rapat umum di Teheran.
Sebelum Mousavi, beberapa orang yang memiliki hubungan dengannya telah ditahan. Tokoh oposisi terkemuka lain, Mehdi Karroubi juga dikenai tahanan rumah.
Beberapa kelompok oposisi bersumpah ikut dalam demonstrasi, meski aparat Iran telah melarang rapat umum.

Internet Diblokir
Walaupun kalangan penguasa Iran secara resmi menyatakan dukungan kepada demonstrasi rakyat Mesir, mereka menyebut rapat umum di Teheran sebagai ”langkah politik” oleh dua pemimpin oposisi.
Aparat Iran memperketat pengamanan di ibukota, memblokir situs internet, dan menghalangi pengiriman sinyal saluran berita televisi satelit.
Para analis politik mengatakan Teheran mencoba menghalangi kelompok-kelompok oposisi yang memanfaatkan demonstrasi Tunisia dan Mesir sebagai motor untuk menggerakkan kembali unjuk rasa anti-pemerintah yang bergulir tahun 2009 ketika terjadi sengketa hasil pemilihan presiden.
Dalam aksi hari Senin pagi (14/2), seorang pria memanjat sebuah mesin derek yang tinggi di pusat kota Teheran. Dia mengajak warga untuk menghadiri rapat umum, lapor wartawan BBC dari Teheran. Pria tersebut mengancam bunuh diri jika petugas coba-coba mendekatinya. Namun, aktifis yang semula sempat dianggap wanita itu akhirnya ditangkap oleh polisi.
Senin pagi, mobil polisi dikerahkan untuk menutup jalur yang mengarah ke rumah kediaman Mousavi dan memutuskan sambungan telepon genggam dan telepon rumah, menurut situs internet Mousavi, Kaleme.com.(pkc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar